BEDA SEDEKAH DAN WAHSYAH (MAKANAN YANG DIBERIKAN KARENA KUMPULNYA ORANG PADA WAKTU MALAM DIPENDAMNYA MAYIT)....
Di dalam TAHLILAN sudah jelas sedekah diiringi dengan pembacaan Al Quran, tahlil, tahmid, kalimat thoyyibah yg pahalanya diserahkan kepada mayyit.....
الحاوي للفتاوي للسيوطي – (ج 3 / ص 288)
إن سنة الإطعام سبعة أيام بلغني أنها مستمرة إلى الآن بمكة والمدينة فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة إلى الآن وإنهم أخذوها خلفا عن سلف إلى الصدر الأول. في التواريخ كثيرا في تراجم الأئمة يقولون وأقام الناس على قبره سبعة أيام يقرؤون القرآن.
Sesungguhnya kesunatan memberikan makanan selama 7 hari, telah sampai khobarnya kepada saya bahwa hal tsb merupakan perbuatan yang tetap berlangsung sampai sekarang (yaitu masanya Al Imam Alhafizh Jalaluddin Al Suyuthiy, sekitar abad ke 9 H) di Makkah dan Madinah. Yang jelas kebiasaan tsb TIDAK PERNAH DITINGGALKAN SEJAK MASA SAHABAT SAMPAI SEKARANG, dan TRADISI TERSEBUT MEREKA AMBIL DARI ULAMA KHOLAF DAN SALAF SEJAK GENERASI PERTAMA (yaitu para sahabat).
نهاية الزين - (ج 1 / ص 281)
والتصدق عن الميت بوجه شرعي مطلوب ولا يتقيد بكونه في سبعة أيام أو أكثر أو أقل وتقييده ببعض الأيام من العوائد فقط كما أفتى بذلك السيد أحمد دحلان وقد جرت عادة الناس بالتصدق عن الميت في ثالث من موته وفي سابع وفي تمام العشرين وفي الأربعين وفي المائة وبعد ذلك يفعل كل سنة حولا في يوم الموت كما أفاده شيخنا يوسف السنبلاويني
أما الطعام الذي يجتمع عليه الناس ليلة دفن الميت المسمى بالوحشة فهو مكروه ما لم يكن من مال الأيتام وإلا فيحرم كذا في كشف اللثام
“SEDEKAH untuk mayit dengan tuntunan syara’ adalah dianjurkan. Sedekah tersebut tidak terikat dengan hari ketujuh atau lebih atau kurang. Adapun mengaitkan sedekah dengan sebagian hari adalah merupakan bagian dari adat saja, sebagaimana apa yang difatwakan oleh Sayyid Ahmad Dahlan. Dan telah berjalan kebiasaan diantara orang-orang yaitu bersedekah untuk mayit pada hari ketiga dari kematiannya dan pada hari ketujuh, dan pada sempurnanya kedua puluh, ke empat puluh dan ke seratus. Setelah itu dilaksanakanlah haul setiap tahun pada hari kematiannya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syeikh Yusuf as Sunbulawaini.”
Sedangkan pemberian makanan dimana orang menjadi berkumpul disana pada waktu malam mayat dipendam yg dinamakan dengan “wahsyah” (kesedihan/duka cita) maka hukumnya adalah makruh, selama bukan diambil dari harta anak yatim, bila tidak demikian (maksudnya : diambil dari harta anaka yatim) maka hukumya adalah haram. Demikian keterangan di dalam kitab Kasyful Litsaam.
Imam Ibnu Qudamah al Hambali :
المغني - (ج 5 / ص 80)
وَأَنَّهُ إجْمَاعُ الْمُسْلِمِينَ ؛ فَإِنَّهُمْ فِي كُلِّ عَصْرٍ وَمِصْرٍ يَجْتَمِعُونَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ ، وَيُهْدُونَ ثَوَابَهُ إلَى مَوْتَاهُمْ مِنْ غَيْرِ نَكِيرٍ .
Dan sudah menjadi ijma’ kaum muslimin bahwa sesungguhnya di setiap masa dan setiap kota mereka berkumpul dan membaca al Quran. Mereka menghadiahkan pahalanya untuk orang-orang mati mereka tanpa ada pengingkaran”
TRANSFER PAHALA (DZIKIR) KE ORANG YANG SUDAH MATI.....
Pembahasan dimulai dari HADIS TRANSFER PAHALA SEDEKAH :
صحيح مسلم - (ج 5 / ص 174)
1672 - و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Dari Aisyah ra bahwa sungguh telah datang seorang lelaki pada nabi saw seraya berkata : "Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal mendadak sebelum berwasiat, kukira bila ia sempat bicara mestilah ia akan bersedekah, Apakah beliau MEMPEROLEH PAHALA apabila AKU BERSEDEKAH ATAS NAMANYA...??? Rasul saw menjawab : “YA”...!!!!
(Shahih Muslim hadits no.1004).
Lihat komentar Imam Nawawi :
وفي هذا الحديث أن الصدقة عن الميت تنفع الميت ويصله ثوابها وهو كذلك باجماع العلماء وكذا أجمعوا على وصول الدعاء
Dan dalam hadits ini (dijelaskan) bahwa SEDEKAH atas nama mayit BERMANFAAT bagi mayit, dan PAHALANYA DISAMPAIKAN pada mayyit, demikian pula menurut IJMA' (sepakat) para ulama, dan demikian pula mereka bersepakat atas sampainya doa” (Syarh Imam Nawawi ala Shahih Muslim juz 7 hal 90)
Lalu bagaimana dengan DZIKIR ??? Rasulullah Saw menjelaskan dalam hadis sahih, bahwa kalimat DZIKIR ADALAH SEDEKAH :
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسام قَالُوا للنَّبِيِّ يَارَسُولَ الله ذَهَبَ أَهْلُ الدُّ ثُّورِ باْلأُجُوْرِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَ يَتَصَدَّ قُونَ بِفُضَولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً (رواه مسلم رقم 1674)
"Dari Abu Dzarr , bahwa beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw , "Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya bisa (beruntung) mendapatkan banyak pahala. (Padahal) mereka shalat seperti kami shalat. Mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Beliau menjawab, "Bukankah Allah telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan ??? Sesungguhnya setiap satu BACAAN TASBIH (Subhanallah) adalah SEDEKAH, setiap BACAAN TAKBIR (Allahu Akbar) adalah SEDEKAH, setiap BACAAN TAHMID (Alhamdulillah) adalah SEDEKAH, dan setiap BACAAN TAHLIL (La ilaaha Illallah) adalah SEDEKAH." (HR. Muslim,[1674]).
Komentar
Posting Komentar