TINGKATAN/DERAJAT PUASA
الحَمْدُ
للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ
وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ
الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ
خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ
عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ (البقرة: 183)
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk
meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh
karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa.
Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu
wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Hadirin rahimakumullah,
Puasa pada hakikatnya adalah
meninggalkan syahwat nafsu yang hukum asalnya mubah di luar puasa. Syahwat nafsu tersebut diharamkan untuk sementara waktu,
mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari dan setelah itu dihalalkan
kembali. Oleh karenanya, puasa seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan
meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah dalam segala keadaan,
bukan hanya saat berpuasa. Ibadah puasa adalah salah satu manifestasi
ketundukan seorang hamba kepada Allah. Orang yang berpuasa meninggalkan
syahwat-syahwat nafsunya di siang hari untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
karena taat kepada-Nya. Kemudian berbuka dan kembali memenuhi syahwat nafsunya
saat malam tiba juga untuk mendekatkan diri kepada Allah dan karena taat
kepada-Nya. Ia tidak meninggalkan syahwat nafsunya kecuali dengan perintah
Tuhannya dan tidak kembali memenuhi syahwat nafsunya kecuali dengan perintah
Tuhannya. Jadi dalam dua keadaan tersebut, seorang hamba menaati perintah
Tuhannya.
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah,
Oleh karenanya, sungguh disayangkan
ketika orang berpuasa dari syahwat nafsunya yang diharamkan sementara waktu
saat berpuasa, namun ia tidak menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah dalam
segala keadaan, baik saat berpuasa maupun di luar puasa. Demikian pula, orang yang berpuasa dan menjauhi syahwat
nafsunya yang diharamkan sementara waktu saat berpuasa, namun ia berbuka dengan
makanan atau minuman yang haram atau melakukan perkara haram lainnya. Baginda
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ والعَمَلَ بهِ فَلَيْسَ
للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طعَامَه وشَرَابَه(رواه البخاريّ)
Maknanya: “Barang siapa yang tidak
meninggalkan perkataan dosa dan perbuatan dosa, maka Allah tidak akan menerima
puasanya” (HR al Bukhari) Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah, Sabar
dalam menjalankan ketaatan kepada Allah itu lebih ringan daripada sabar
menghadapi siksa-Nya. Karenanya, hendaklah kita jaga perut kita
dari memakan makanan atau minuman yang haram waktu berbuka. Hendaklah kita jaga
mata kita dari melihat yang haram, kita jauhi perkataan kotor yang diharamkan
seperti berbohong, ghibah (membicarakan aib seorang muslim yang memang benar
ada padanya tanpa ada sebab yang diperbolehkan oleh syara’ di belakangnya).
Hendaklah kita jaga pendengaran kita dari mendengar omongan yang haram
didengar. Juga kita cegah anggota-anggota badan kita yang lain seperti tangan
dan kaki dari perbuatan-perbuatan maksiat, dosa dan perbuatan yang makruh.
Demikian pula, hendaklah kita menahan diri dari perbuatan keji, pertengkaran,
percekcokan dan perdebatan yang tidak ada manfaatnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ
صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ
فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ (رواه الشيخان)
Maknanya: “Sesungguhnya puasa adalah
perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka janganlah bersikap
keji dan jangan bertindak bodoh, jika ada orang yang mengganggunya atau
mencacinya maka hendaklah ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa”
(HR al Bukhari dan Muslim) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga berbicara
tentang dua orang perempuan yang saat berbuka puasa membicarakan keburukan
orang lain. Baginda Nabi bersabda:
إِنَّ
هَاتَيْنِ صَامَتَا عَمَّا أَحَلَّ اللهُ لَـهُمَا وَأَفْطَرَتَا عَلَى مَا
حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمَا، جَلَسَتْ إحْدَاهُمَا إِلَى الأُخْرَى فَجَعَلَتَا
يَأْكُلَانِ لُـحُوْمَ النَّاسِ (رواه أحمد)
Maknanya: “Sesungguhnya kedua
perempuan ini menahan diri dari apa yang dihalalkan Allah bagi keduanya dan
berbuka dengan apa yang diharamkan bagi keduanya. Salah satu dari keduanya duduk menemani temannya dan
keduanya memakan daging-daging manusia (berbuat ghibah)” (HR Ahmad) Dalam
hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، إِنَّمَا
الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ (رواه الحاكم والبيهقي وابن خزيمة وابن
حبّان
Maknanya: “Puasa yang sempurna tidak
hanya menahan diri dari makanan dan minuman, melainkan menahan diri dari
perkataan-perkataan dan perbuatan yang diharamkan atau dimakruhkan” (HR al
Hakim, al Baihaqi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban) Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Sebagian ulama seperti Imam al Ghazali membagi tingkatan
orang-orang yang berpuasa menjadi tiga. Beliau
berkata dalam Ihya’ ‘Ulumiddin:
اعْلَمْ
أَنَّ الصَّوْمَ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ صَوْمُ الْعُمُومِ وَصَوْمُ الخُصُوْصِ
وَصَوْمُ خُصُوْصِ الخُصُوْصِ. وأمّا صَوْمُ الْعُمُومِ فَهُوَ كَفُّ الْبَطْنِ
وَالْفَرْجِ عَنْ قَضَاءِ الشَّهْوَةِ. وَأَمَّا صَوْمُ الْخُصُوصِ وَهُوَ صَوْمُ
الصَّالحِيْنَ فَهُوَ كَفُّ السَّمْعِ وَالْبَصَرِ وَاللِّسَانِ وَالْيَدِ
وَالرِّجْلِ وَسَائِرِ الْجَوَارِحِ عَنِ الْآثَامِ. وأمَّا صَوْمُ خُصُوْصِ
الخُصُوْصِ فَصَوْمُ القَلْبِ عَنِ الهِمَمِ الدَّنِيَّةِ وَالْأَفْكَارِ
الدُّنْيَوِيَّةِ وَكَفُّهُ عَمَّا سِوَى اللهِ عزَّ وجَلَّ بِالكُلِّيَّةِ
وَيَحْصُلُ الفِطْرُ في هذَا الصَّوْمِ بِالفِكْرِ فيمَا سِوَى اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ وَاليَوْمِ الْآخِرِ وَبِاْلفِكْرِ في الدُّنْيَا، وَهٰذِهِ رُتْبَةُ
الْأَنْبِيَاءِ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالمُقَرَّبِيْنَ فإنَّهُ إِقْبَالٌ بِكُنْهِ
الهِمَّةِ علَى اللهِ عزَّ وَجَلَّ وَانْصِرَافٌ عَنْ غَيْرِ اللهِ سُبْحَانَهُ.
ا.هـ بتصرّف
Maknanya: “Ketahuilah bahwa puasa itu
ada tiga tingkatan: (1) Puasa orang-orang umum, (2) Puasa orang-orang khusus
dan (3) Puasa orang-orang yang terkhusus. (1)
Puasa orang-orang umum adalah mencegah perut dan kemaluan dari memenuhi
syahwatnya. (2) Puasa orang-orang khusus -dan ini adalah puasanya orang-orang
shalih- adalah mencegah mata, telinga, lidah, tangan, kaki dan semua anggota
badan dari perbuatan-perbuatan dosa. (3) Sedangkan puasa orang-orang yang
terkhusus adalah puasanya hati dari tekad-tekad yang buruk dan pikiran-pikiran
duniawi dan mencegahnya dari segala hal selain Allah secara total. Berbuka
dalam puasa seperti ini adalah dengan berfikir tentang selain Allah dan hari
akhir dan dengan berfikir tentang dunia. Ini adalah tingkatan para nabi,
shiddiqin dan muqarrabin, karena ini adalah menghadapkan semangat (tekad)
kepada Allah dan berpaling dari selain Allah.”
Hadirin rahimakumullah,
Berdasarkan kualitas puasa dan
tingkatan orang-orang yang berpuasa inilah, sebagian ulama salaf berkata:
أَهْوَنُ الصِّيَامِ تَرْكُ الشَّرَابِ وَالطَّعَامِ
Artinya: “Puasa yang paling ringan
adalah meninggalkan minuman dan makanan.” Sahabat
Jabir bin Abdillah berkata:
إِذَا صُمْتَ
فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ الكَذِبِ وَالمَحَارِمِ، وَدَعْ
أَذَى الجَارِ وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِيْنَةٌ يَوْمَ صَوْمِكَ، وَلَا
تَجْعَلْ يَوْمَ صَوْمِكَ وَيَوْمَ فِطْرِكَ سَوَاءً
Maknanya: “Jika engkau berpuasa maka
hendaklah telinga, mata dan lidahmu berpuasa dari berbohong dan perkara-perkara
yang diharamkan. Jangan sampai engkau menyakiti tetangga. Hendaklah
engkau dihiasi dengan kewibawaan/kekhidmatan dan ketenangan di hari puasamu dan
jangan engkau jadikan hari puasa dan tidak berpuasa sama.” Hadirin yang
dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan
ini. Semoga Allah menganugerahkan taufik-Nya kepada kita sehingga puasa kita
termasuk dalam bagian puasa orang-orang yang khusus dan bahkan termasuk puasa
orang-orang yang paling khusus. Amin.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى
نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ
الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،
مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً،
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Komentar
Posting Komentar