Postingan

PENERAPAN HUKUM TAJWID

Menerapkan Hukum Bacaan Qalqalah,Tafkhim,dan Mad’Arid lis-sukun dalam Al-qur’an 1. Hukum Bacaan Qalqalah Qalqalah di bagi menjadi dua sugra dan kubra. Apabila huruf qalqalah di tengah lafal disebut qalqalah sugra. Apabila huruf qalqalah berada di akhir lafal disebut qalqalah kubra dan cara membacanya lebih kuat pantulanya daripada qalqalah sugra. Hutuf qalqalah ada 5 yaitu : ب, ج, د, ط  dan ق 2. Hukum Bacaan Tafkhim Hukum bacaan tafkhim pada huruf ra ( ر) Tafkhim berarti tebal. Cara mengucapkan tafkhim dengan cara menghimpun ketebalan suara pada mulut sehingga mulut seperti penuh dengan suara ra. Huruf ra ( ر)  di baca tebal jika berharokat fathah, dhamah, sukun, yang berharokat kasrah asli dan h uruf sesudahnya adalah huruf  isti’la’ 3. Mad ‘Arid Lis-sukun Menurut bahasa Mad ‘Arid Lis-sukun berarti bacaan panjang karena sukun. Menurut istilah berarti mad yang terjadi apabila ada huruf mad (alif, wau, ya) yang berada pada akhir ayat atau terdapat tanda waqaf. Cara membaca...

DOA PARA NABI YANG DIABADIKAN DALAM AL-QURAN

Doa merupakan salah satu bentuk permohonan dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Tuhannya. Ia bagaikan senjata bagi orang mukmin, perlindungan bagi orang yang lemah, obat yang paling ampuh bagi orang yang kesusahan. Tidak ada seorang pun yang lepas dari doa. Bahkan para Nabi pun, yang notabene sebagai kekasih-Nya, berdoa dan menjadikan doa sebagai senjata mereka saat situasi sulit.  Berdoa merupakan aktivitas yang bernilai ibadah. Dengan berdoa, seorang mampu menaiki tangga menuju jalan kesuksesan dan keselamatan. Sebab doa adalah lawan dan musuh dari bala’; ia mampu meringankan turunnya bala’ bahkan menolaknya. Al-Qur’an menyatakan bahwa berdoa adalah perintah, siapapun yang berdoa, maka permohonannya pasti terkabul. Hal ini ditegaskan dalam surat Ghafir ayat 60:   ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ   “Berdoalah kalian kepada-Ku, maka Aku kabulkan permohonanmu”  Dalam Al-Qur’an terdapat doa-doa para Nabi yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Doa yang dipanjatkan ole...

PERINGATAN MAULID NABI MENURUT PARA ULAMA

  Ada   syubhat  (propaganda) dari sebagian kalangan bahwa orang yang merayakan maulid Nabi tidak layak mendapatkan syafaat. Mereka mengatakan bahwa yang mendapatkan syafaat Nabi adalah orang-orang yang men- tauhid -kan Allah. Pendapat mereka berlandaskan pada hadits Nabi ﷺ: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ  “Dari Abu Hurairah  radliyallahu ‘anh , beliau berkata, Ya Rasulallah siapa orang yang paling beruntung mendapatkan syafaatmu di hari kiamat? Nabi menjawab, wahai Abu Hurairah, sungguh aku menduga belum ada seorang pun yang bertanya sebelum kamu yang ...

KEDUKAN ANAK DALAM AL-QURAN

  Anak adalah anugerah Yang Maha Kuasa bagi para orang tua. Anak juga amanah dan perhiasan bagi mereka, sekaligus kebanggaan di kemudian hari. Namun di samping itu, anak juga bisa menjadi fitnah atau ujian, bahkan menjadi musuh bagi para orang tuanya. Kapankah seorang anak bisa menjadi musuh, ujian, perhiasan, dan menjadi penyejuk hati? Al-Qur’an telah mejelaskan keempat tipikal anak kepada kita semua. Pertama,anak sebagai penenang hati, penyejuk jiwa, dan pemimpin orang-orang yang bertakwa. Tipikal ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak. Hal itu sebagaimana terungkap dalam doa Al-Qur’an berikut ini.   رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً   “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”(QS al-Furqan [25]: 74).   Para ulama tafsir menyebutkan, maksud qurrat...

LALAT VERSI AL-QURAN

Dahsyatnya Penciptaan Lalat.  Secara umum, menurut orang-orang,  lalat itu hewan kotor, menjijikan, dan jadi biang penyakit. Namun, mengapa di balik sosoknya yang kotor itu, Allah tak ragu membuat perumpamaan dengannya, sebagaimana dalam ayat,   “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu” (QS Al-Hajj [22]: 73).     Bahkan, selain membuat perumpamaan, Allah juga menantang dan melemahkan tuhan-tuhan selain Dzat-Nya yang biasa diseru manusia, walau hanya menciptakan makhluk yang kotor, jorok, dan menjijikkan itu.    يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَابًا وَّلَوِ اجْتَمَعُوْا لَهٗ ۗوَاِنْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنْقِذُوْهُ مِنْهُۗ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوْبُ    “Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat mencipt...

TA'AWUDZ SEBELUM MEMBACA AL-QURAN

  Ta’awudz atau isti’adzah merupakan lafal berbunyi “A‘udzu billahi minas syaythanir rajim.” Ulama mengemukakan sejumlah dalil baik Al-Quran maupun hadits mengenai perintah untuk membaca ta’awudz atau isti’adzah, perlindungan dari gangguan setan.  Surat An-Nahl ayat 98 secara harfiah menganjurkan kita untuk membaca taawudz atau istiadzah sebelum membaca Al-Qur’an. Surat An-Nahl ayat 98 berbunyi sebagai berikut:    فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ  Artinya, “Jika Anda membaca Al-Qur’an, berlindunglah kepada Allah dari setan yang terkutuk,” (An-Nahl ayat 98). Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip pandangan mayoritas ulama perihal tujuan pembacaan ta‘awudz sebelum membaca Al-Qur’an.  والمشهور الذي عليه الجمهور أن الاستعاذة لدفع الوسواس فيها، إنما تكون قبل التلاوة، ومعنى الآية عندهم: فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ [النحل: 98] أي: إذا أردت القراءة كقوله: إِذَا ...

JALUR SANAD QIROAT AL-QURAN SYEKH MAHFUZH TERMAS

  Jalur Sanad Qiraat Syekh Mahfuzh Tremas  Bagi yang pernah mengenyam pendidikan Al-Qur’an, wabil khusus di pesantren Al-Qur’an, pasti punya pengalaman tak terlupakan saat harus belajar membaca surah Al-Fatihah hingga berhari-hari, seminggu bahkan satu bulan. Begitu sulitkah sekadar belajar membaca surah Al-Fatihah hingga butuh waktu lama?  Begitulah bentuk tanggung jawab seorang guru. Tanggung jawab dunia akhirat agar bacaan al-Fatihah santrinya benar – benar sempurna mengingat surah al-Fatihah menjadi rukun dalam menentukan sah tidaknya shalat seseorang. Sisi lain dari sulitnya belajar Al-Qur’an di pesantren dan ketatnya dalam memberikan ijazah keabsahan bacaan santrinya karena menyangkut tanggungjawab yang tidak ringan dalam mengajarkan Al-Qur’an.  Karena itu wajar sekali bila untuk mengajarkan surah fatihah saja butuh waktu lama sebagai bagian proses penting agar santri memahami sulitnya belajar Al-Qur'an dan tidak main-main dalam belajar. Demikian itu proses ket...