Di Ujung Hari, Yang Kita Butuhkan Adalah Orang, Bukan Penghargaan
Di Ujung Hari, Yang Kita Butuhkan Adalah Orang, Bukan Penghargaan
Kita diajarkan sejak kecil bahwa kerja keras akan membuahkan hasil. Bahwa prestasi akan membuka pintu masa depan. Bahwa menjadi hebat akan membuat kita diakui. Tapi seiring bertambahnya usia, kita mulai sadar — kadang, yang dihargai bukan kemampuan, tapi kedekatan.
Berapa banyak orang yang cemerlang, tapi tersisih hanya karena tak punya “orang”? Berapa banyak yang pantas naik, tapi tak pernah dipanggil, karena tak pernah hadir dalam lingkaran itu? Sementara yang lain, cukup karena kenal, cukup karena dekat, cukup karena “anak siapa” — langsung mendapat tempat, bahkan tanpa perlu membuktikan apa-apa.
Ini bukan soal iri. Ini soal kenyataan. Bahwa sering kali, hubungan lebih menentukan arah daripada usaha. Bahwa di dunia nyata, yang punya koneksi lebih dulu sampai, meski yang lain lebih layak.
Namun, bukan berarti kita harus berhenti berusaha. Justru inilah pengingat bahwa sekuat apa pun kita, kita tetap butuh orang lain. Bukan semata untuk “naik”, tapi untuk bertahan. Untuk saling bantu, saling angkat, dan saling dorong. Karena pada akhirnya, bukan penghargaan yang akan membantu kita berdiri saat jatuh, tapi tangan-tangan yang mau menggenggam kita — karena kedekatan, bukan sekadar kekaguman.
Di ujung hari, kita butuh lebih dari sekadar pengakuan. Kita butuh keberadaan. Dan itu hanya datang dari orang-orang yang benar-benar peduli. Maka bangunlah relasi, bukan hanya reputasi. Karena dunia ini lebih sering berpihak pada yang punya orang, bukan yang punya prestasi.
Komentar
Posting Komentar