Manunggaling Kawula Gusti dalam Bingkai Pancasila: Menyatukan Langkah Penyuluh Agama untuk Bangsa


Manunggaling Kawula Gusti dalam Bingkai Pancasila: Menyatukan Langkah Penyuluh Agama untuk Bangsa

Hari Kesaktian Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober, menjadi momentum reflektif bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mengenang kembali pentingnya ideologi Pancasila sebagai fondasi negara yang kokoh. Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, nilai-nilai Pancasila harus terus dihidupkan, tidak hanya dalam tataran wacana, tetapi dalam gerak nyata kehidupan sehari-hari. Salah satu manifestasi nilai Pancasila yang patut diteladani adalah semangat persatuan, kesatuan, dan gotong royong — nilai luhur yang kini menjadi landasan kokoh bagi para penyuluh agama dalam menjalankan tugas mulianya.

Manunggaling Kawula Gusti: Spirit Ketuhanan dan Kebangsaan

"Manunggaling Kawula Gusti" adalah falsafah luhur dalam budaya Jawa yang berarti bersatunya hamba dengan Tuhan. Dalam konteks ke-Indonesiaan, semangat ini dapat dimaknai sebagai harmoni antara spiritualitas dan pengabdian sosial. Ketika penyuluh agama bekerja dengan landasan ketakwaan, maka setiap langkah yang diambil bukan semata tugas administratif, tetapi menjadi ibadah yang berdimensi sosial.

Nilai Ketuhanan yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila menjadi pangkal dari segala niat dan tindakan. Dari sanalah lahir rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, yang mendorong penyuluh untuk hadir, mendengar, dan melayani umat tanpa membedakan latar belakang agama, suku, atau budaya.

Persatuan dan Kesatuan: Pilar Kokoh dalam Keragaman

Penyuluh agama memiliki peran strategis dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Di tengah masyarakat yang majemuk, penyuluh adalah jembatan harmoni yang menjahit perbedaan menjadi kekuatan. Dengan pendekatan inklusif, edukatif, dan dialogis, penyuluh mampu menumbuhkan sikap saling menghargai antarumat beragama dan membangun kesadaran kolektif bahwa perbedaan bukan penghalang, melainkan anugerah yang menyatukan dalam keberagaman.

Dalam konteks ini, nilai Pancasila sebagai ideologi pemersatu menemukan wujudnya dalam kerja nyata para penyuluh yang tidak kenal lelah hadir di tengah masyarakat—dari desa terpencil hingga kota besar—mengajak untuk hidup damai, toleran, dan gotong royong.

Bahu-Membahu: Sinergi Penyuluh Agama sebagai Kekuatan Moral Bangsa

Semangat bahu-membahu adalah nilai luhur yang telah tertanam dalam jiwa bangsa Indonesia. Nilai ini sejalan dengan sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia. Penyuluh agama, baik dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan, harus mampu bersinergi untuk membangun moralitas bangsa.

Kerja sama lintas penyuluh agama bukan hanya simbol kerukunan, tetapi juga benteng ideologis yang menangkal paham-paham ekstrem, radikalisme, dan intoleransi. Dalam semangat Hari Kesaktian Pancasila, sinergi ini harus semakin diperkuat sebagai upaya kolektif menjaga keutuhan NKRI dan kesucian nilai-nilai Pancasila.

Pancasila Sebagai Bingkai: Panduan dalam Setiap Langkah

Pancasila bukan sekadar dokumen historis, tetapi way of life yang mengarahkan setiap tindakan warga negara, termasuk penyuluh agama. Dalam menjalankan tugas, nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman utama: mulai dari menanamkan nilai ketuhanan, mengedepankan keadilan, hingga menciptakan kehidupan yang demokratis dan berkeadaban.

Melalui pendekatan kultural dan spiritual, penyuluh agama dapat menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam materi penyuluhan, dalam dialog antarumat, dan dalam pelayanan masyarakat. Dengan begitu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dikenang, tetapi juga dihidupi.

Penutup: Dari Peringatan Menuju Gerakan

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila bukan semata seremoni tahunan, tetapi pemantik kesadaran kolektif untuk kembali pada jati diri bangsa. Di tangan para penyuluh agama, Pancasila bukan hanya dilestarikan, tetapi digerakkan. Dalam semangat Manunggaling Kawula Gusti, mari kita satukan langkah, bahu-membahu, menjaga bangsa dalam bingkai persatuan dan nilai luhur Pancasila.

Bersatu dalam Iman, Bergerak dalam Kebersamaan, Mengabdi untuk Indonesia.

By. Rikin

Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Bobotsari 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keberadaan Guru Ngaji TPQ, Madin, dan Majelis Ta'lim di Pelosok Desa: Kontribusi Nyata Pondok Pesantren untuk Umat dan Bangsa

Bobotsari_Monitoring ZI Kankemenag Purbalingga

Dampak Negatif Judi Online: Akar Masalah di Balik Banyak Kasus Kriminal